Pernah suatu waktu dimasa yang sangat-sangat lampau saya pernah mendambakan hidup minimalis. Ya karena banyak melihat dalam film-film Jepang dan J-Dorama juga dalam Anime betapa damainya hidup minimalis.
Sejak beberapa tahun silam saya jadi pecinta kultur Jepang, bahkan saya pernah menulis di Facebook bahwa "Saya menyukai apapun tentang Jepang bahkan JAV nya sekalipun". Yang terakhir bercanda ya..
Sejak beberapa tahun silam saya jadi pecinta kultur Jepang, bahkan saya pernah menulis di Facebook bahwa "Saya menyukai apapun tentang Jepang bahkan JAV nya sekalipun". Yang terakhir bercanda ya..
Tapi saya hanya ingin menerapkan konsep hidup minimalis kalau sudah punya rumah sendiri. Karena menurutku ngotrak atau ngekos itu tidak bisa menerapkan konsep hidup minimalis.
Konsep hidup minimalis sendiri sudah diterapkan di Jepang sejak dulu-dulu kala, dan memang saat ini konsep hidup minimalis sedang ngetrend di Jepang. Salah satu faktornya karena intensitas gempa bumi yang tinggi di Jepang. Dengan memiliki sedikit barang akan mudah untuk membawanya.
Ada dua buku yang bisa dijadikan referensi untuk panduan hidup minimalis.
Yang pertama:

Dalam buku Goodbye things, Hidup Minimalis Ala Orang Jepang, penulis Fumio Sasaki mengatakan bahwa hal terpenting yang harus dilakukan jika ingin menerapkan hidup minimalis adalah MEMBUANG BARANG..
Ya MEMBUANG!! Dengan sebenar-benarnya membuang. Kadang memang kita berat berpisah dengan beberapa barang-barang yang mungkin mempunyai nilai emosional.
Fumio Sasaki menjelaskan banyak cara untuk membuang barang-barang demi menuju hidup minimalis. Termasuk kiat-kiat membuang barang yang punya nilai emosional.
Buku setebal 242 halaman ini berisikan tutorial membuang barang. Penulis membutuhkan sebegitu banyak halaman hanya untuk meyakinkan pembaca (khususnya mereka-mereka yang ingin mencoba menerapkan hidup minimalis) untuk ringan tangan membuang barang-barang..
Hal tersebut menandakan bahwa susahnya membuang dan berpisah dengan barang-barang di rumah, apalagi yang memiliki nilai emosional.
Jadi intinya si penulis "Fumio Sasaki" memperlihatkan kita bahwa membuang barang itu GAMPANG, dengan metode yang diterapkan si penulis tentunya.
Yang kedua,

Buku ini tidak berfokus tentang hidup minimalis, tapi lebih kepada cara berbenah.
Menurut Marie Kondo dalam The Life-Changing Magic of Tidying Up: Seni beres-beres ala Jepang, bahwa berbenah dapat memicu kebahagiaan.
Menurut metode KonMari (metode berbenah ala Marie Kondo), berbenah secara sekaligus lebih bagus daripada sedikit-sedikit.
Buku setebal 224 halaman ini berisi kiat-kiat berbenah yang ampuh ala KonMari method untuk tidak kembali ke kebiasaan berantakan.
Marie Kondo menyampaikan dengan detail cara berbenah. Mulai dari urutan barang yang akan dibenahi sampai cara melipat pakaian. Sangat detail.
Kedua buku tersebut sama-sama menekankan bahwa hal penting dalam konsep hidup minimalis atau pun dalam seni berbenah adalah MEMBUANG!!
Terdengar sadis memang, tapi kalau tidak membuang atau mengurangi barang di tempat tinggal maka cita-cita untuk minimalis dan meninggalkan kebiasaan berantakan tidak akan pernah tercapai.
Saya sangat merekomendasikan kedua buku ini untuk dibaca teman-teman yang bermasalah dengan tempat tinggal yang berantakan.
Meskipun kedua buku tersebut terjemahan Jepang tapi tetap enak untuk dibaca.
Satu hal yang kutangkap dari beberapa orang yang menerapkan konsep minimalis bahwa minimalis bukan ngirit, bisa saja mereka membeli barang yang super mahal tapi benar-benar dibutuhkan.
Demikianlah postingan yang sangat minim ini, tapi semoga bermanfaat..
Kebetulan aku juga penyuka gaya minimalis nih.
BalasHapusKamarku sengaja cuma kuiisi perabotan seperlunya, terus tempat tidur tiap bangun tidur pasti kutata rapi ala-ala hotel gitu hahaha ...
Sampai-sampai para ponakan sering nyeletuk 'ini kamar atau hotel sih ?'.
Padahal kamarku sederhana, loh :)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus